Pages

Saturday, April 9, 2011

The Unfinished Story

Aku masih ingat kejadian waktu itu. Sepulang dari menjenguk temanku yang sedang terbaring di rumahnya karena mengalami kecelakaan, aku berniat untuk mengantarnya pulang ke rumahnya. Ya, gadis itu, sebut saja dia Rika.
Sebenarnya rumah Rika berjarak sangat jauh dari rumahku. Kira-kira sejauh jarak antara Kenjeran dan Rungkut. Namun aku yang terlanjur cinta dengannya rela melakukan apapun demi dia. Pengorbanan seperti ini adalah hal yang biasa bagiku.
Kusampaikan niatku ini kepadanya. Awalnya dia menolaknya. Mungkin dikiranya aku hanya bercanda dan sekedar berbasa-basi. Kemudian aku katakan lagi niatku ini. Aku meyakinkannya sekali lagi ketika berada di depan sekolahku. Dan akhirnya ia pun mau.
Kami pun berboncengan dari sekolahku ke rumah Rika yang jaraknya kira-kira sejauh jarak antara Gubeng dan Rungkut. Sembari mengendarai motor hatiku berdegup tak karuan. Maklum, baru kali ini satu tumpangan dengan sang pujaan hati. Anda bisa bayangkan bagaimana perasaan saya waktu itu? Sulit untuk menjelaskan namun anda pasti mengerti maksud saya.
Perjalanan itu memakan waktu setengah jam untuk sampai ke tempat les Rika yang tidak begitu jauh dengan rumahnya. Sayang sekali, padahal aku ingin ke rumahnya meskipun hanya sebentar. Tapi aku langsung pulang dan itu memakan waktu 45 menit untuk sampai di rumahku. Dan sampai di rumah, kulanjutkan kehidupanku seperti biasa.

***

Keesokan harinya di kelas, seperti biasanya aku berpindah tempat duduk di belakang Rika. Maksud hati ingin mengajak ngobrol tapi semua terasa kaku. Seperti tidak ada topik pembicaraan yang muncul dan otak rasanya kosong. Begitu ada topik di kepala tiba-tiba muncul keraguan di benak. Kira-kira dia tertarik nggak ya dengan topik ini? Jangan-jangan nanti malah jadi garing. Aku takut salah ngomong, takut kehabisan bahan obrolan (padahal belum ada satupun pembicaraan yang terjadi). Aku jadi makin bingung sendiri.
Sesekali aku menyapanya dan berbicara tentang hal yang tidak begitu jelas. "Ya ampun, kenapa ini? Gimana mau ngedapetin hatinya kalo obrolannya cuman gini-gitu?" kataku dalam hati. Dan pada akhirnya, bukannya melancarkan jurus-jurus pedekate tapi malah bercanda sama si Kremi sialan itu. Tapi kalo sama si Kremi obrolanku nyambung sih. Sama-sama maniak IT. Haduh, nggak usah bahas hal ini deh.
Hingga bel berdering satu pun jurus dahsyat belum sempat kukeluarkan. Huft... pada akhirnya aku menyesali diri sendiri yang tidak mampu berbuat apa-apa. Padahal sudah aku bela-belain sampai tidak memperhatikan guru juga. Saat bimbel berjalan juga aku tidak memperhatikan guru sama sekali. Padahal yang sedang mengajar adalah guru favoritku, pak Jack, guru matematika, ugh!
Setiap hari selalu seperti itu kejadiannya. Hari pun berganti hari, hampir semua usaha kulakukan mulai dari smsan, show-off bakatku bermain gitar di depan dia, melucu sampai-sampai aku jadi terlihat bodoh di depan teman-teman yang lain, ngasih perhatian ke dia, dll. tapi apa yang kudapat?
pengorbanan + rayuan = 0
yah, itulah persamaan linier yang kudapatkan saat itu. Namun rasanya ada yang salah. Aku menulis seperti itu bukan berarti variabel pengorbanan dan variabel rayuan berbanding terbalik, namun sebenarnya itu adalah fungsi linier dengan dua peubah. Dan nilai fungsinya selalu 0 dimana-mana. Artinya, tidak peduli seberapa besar pengorbananku dan seberapa gombalnya rayuanku hasilnya tetap 0. Fungsi itu konstan! dan itu berarti semuanya sia sia!
Apa yang salah dengan teknikku? Apa yang salah dengan caraku? Nampaknya aku tidak mempedulikan kedua pertanyaan itu. Malah aku semakin menjadi bodoh dan gila demi mendapatkan Rika. Siang dan malam yang ada di pikiranku hanya Rika seorang. Seperti lagunya Rhoma Ozawa berikut ini: 
"kalau aku belum bisa mendapatkan
oh gadis manis yang menjadi rebutan
sungguh mati aku jadi penasaran
sampai mati pun akan ku perjuangkan
memang dia yang paling manis
diantara gadis yang lain
akupun tak merasa heran
kalau dia jadi rebutan..." 
kira-kira seperti itulah obsesiku terhadap Rika. Impianku adalah menjadi pasangan hidupnya selama-lamanya. Aku akan jadi pria yang paling beruntung bila aku bisa mendapatkannya.

***

Malam itu di rumah Tyo, kami (GAJAHMADA) sedang berbicara mengenai rencana band ini untuk beberapa bulan kedepan. Setelah selesai pembicaraan itu kemudian aku curhat ke teman-teman GAJAHMADA.
"Gimana, rek? apa yang harus aku lakuin buat ngedapetin dia?" tanyaku.
"Ya kamu sms dia kek, tanya kabarnya kek, tanya dia lagi ngapain kek." jawab Tyo.
"Udah, aku udah lakuin itu. tapi masih aja kayak gini. lemes deh...." kataku.
"Gini aja lho..., kamu minta dukungan temen-temen sekelas. Kamu bilang ke mereka kalo kamu pengen jadi pacarnya Rika. Terus juga minta bantuan ama mereka. Kalo aku, pasti dukung kamu kok." sahut Jojo.
"Oh, gitu ya? Jadi aku mesti berjuang keras! Ya nggak?" tanyaku.
"Sip! Nggak salah lagi." jawab Jojo.
Kami pun melanjutkan pembicaraan itu. Dan aku merasa sangat senang sekali. Ternyata tidak sedikit yang mendukung tindakanku ini. Hatiku bangkit kembali dengan semangat baru yang lebih berkobar.
"Oke Kus, kalo kamu butuh bantuan apapun kami siap! Bener khan temen-temen?" tanya Jojo kepada Tyo dan Rama.
"So pasti...," jawab Tyo dan Rama bersamaan.
"Makasih ya teman-teman. Tanpa kalian mungkin aku udah nyerah sampai disini." kataku sambil tersenyum lebar.
Aku sangat yakin kali ini perjuanganku takkan sia-sia karena telah mendapatkan dukungan dari teman-teman GAJAHMADA. Tinggal cari dukungan dari teman-teman yang lain. Jalanku untuk mendapatkan hati Rika kini semakin dekat. Tinggal sedikit lagi. Aku yakin itu!
Sambil tertawa kami melepas penat yang menumpuk dari hari ke hari atas hasil dari aktivitas dan rutinitas yang membosankan. Tertawa dan bercanda seakan tanpa beban mengiringi hatiku yang sedang berbunga-bunga. Di tengah-tengah kesenangan itu ada sms masuk ke hapeku.

"Kuz, aq mnta mav bgt ne
ad kbr buruk bwt u,
brusan Rika jdian m cow,
mav bgt y Kuz, u gpp kn?"

8:30 pm 02-13-08
from: Ochin

to be continued...

No comments:

Post a Comment